by

Manajemen Risiko Limbah Kertas

seputarnews.com /

Manajemen Risiko Limbah Kertas

Oleh: Shafa Nabiilah Nuur Rahmah

Mahasiswi STEI SEBI

Perubahan kondisi dunia dari pandemi covid hingga pasca pandemi memiliki dampak perubahan dan manajemen risiko yang sangat besar di berbagai sektor.

Aktivitas yang tiba-tiba menjadi online berubah kembali menjadi offline. Salah satunya proses pembelajaran di sekolah, kampus hingga pekerjaan kembai menjadi offline. Dengan keadaan ini, tentunya terjadi perubahan yang cukup besar contoh dalam penggunaan kebutuhan kertas pada proses pembelajaran maupun pekerjaan.

Kertas merupakan salah satu barang yang sangat dibutuhkan di lingkungan sekolah, kampus, hingga kantor, dll. Di zaman pasca pademi ini penggunaan kertas meningkat dibandingkan ketika zaman pandemi covid. Kertas memiliki fungsi sebagai media utama untuk menulis, mencetak, melukis, dan menggambar.

Namun, seiring waktu penggunaan kertas melebihi kapasitas sehingga menimbulkan dampak hingga risiko yang terjadi contohnya menyebabkan kerusakan pada lingkungan.

Artikel ini  yang berjudul “Going Paperless: A Journey Worth Taking”, rata-rata pekerja kantoran menggunakan sekitar 10.000 lembar kertas dalam satu tahun akhirnya akan menjadi sampah seperti kertas hasil kesalahan pencetakan, dokumen-dokumen lama, maupun kertas memo.

Data dari Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2022 juga mengatakan bahwa 10,7% dari timbulan sampah sebanyak 3,9 juta ton sampah di Indonesia merupakan sampah kertas dan karton. Limbah sampah juga berdampak pada meningkatnya volume sampah di TPA, penggundulan hutan, hingga deforestasi hutan.

Menurut buku Thompson dan Hopkin, 2022 disebutkan bahwa risiko terbagi ke dalam empat kategori yaitu: Kepatuhan risiko, risiko bahaya, kontrol risiko, dan peluang risiko. Limbah kertas masuk ke dalam kategori risiko bahaya, karena semakin banyak limbah kertas yang tidak dikelola dengan baik dan benar, maka akan semakin berpengaruh terhadap dam;ak risiko pada bumi ini. Oleh karena itu, untuk meminimalisir beredarnya limbah kertas secara berlebihan, maka manajemen risiko adalah jawabannya.

Baca juga:  Angka Kematian COVID-19 dan BOR Jabar Turun

Kertas yang sudah tidak terpakai ini dinamakan limbah kertas. Industri, rumah tangga, perkantoran, komersil, dan pendidikan merupakan kawasan yang berpotensi menghasilkan limbah kertas.

Limbah kertas mengandung berbagai komponen seperti selulosa, hemiselulosa, lignin, bahan ekstraktif, larutan Cl2, hidrogen peroksida, asam parasetat, dan sebagainya dengan karakteristik warna yang kehitaman atau keruh, bau khas, kandungan COD tinggi, dan tahan terhadap oksidasi biologis.

Risiko yang terjadi jika limbah kertas menumpuk melebih kapasitas yaitu adanya gas metana yang menyebabkan kebakaran, tercemarnya sumber air bersih, berkurangnya populasi ikan, kerang dan sebagainya akibat tercemarnya ekosistem perairan, menimbulkan deforestasi pada hutan hingga mempercepat terjadinya pemanasan global pada bumi.

Pengolahan limbah kertas sampai saat ini belum terkelola dengan baik. Karena kurangnya edukasi dan sosialisasi terkait dampak risiko yang terjadi pada limbah kertas.

Lantas bagaimana kita bisa mengatasi limbah sampah yang menumpuk di tempat pembuangan?

Sebagian besar masyarakat limbah kertas pada sampah cukup diatasi dengan 3P yaitu pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan. Sehingga, limbah kertas ini berakhir sebagai sampai yang tidak bisa di daur ulang.

Dan ada juga pendapat lain dengan menggunakan metode 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle).

Reduce yaitu metode yang digunakan untuk meminimalisir pemakaian kertas yang berlebihan pada suatu kegiatan dengan cara melakukan crosscheck dokumen sebelum melakukan percetakan dokumen,

Reuse yaitu metode yang digunakan dengan cara memakai ulang apa yang sudah pernah dipakai. Contohnya menggunakan limbah kertas kembali untuk bungkus sayur, buah, dll

Recycle yaitu metode yang digunakan untuk mengelola limbah. Contohnya mencampurkan limbah kertas dengan kompos karena bermanfaat untuk membantu menyuburkan tanamaan karena memiliki kadar karbon yang tinggi.

Baca juga:  Gub Jabar Ridwan Kamil Pastikan Sistem Pelayanan Jemaah Haji Jabar Maksimal

Usaha lain yang perlu dilakukan dalam meminimalisir manajemen risiko pada limbah keras

Memanfaatkan Teknologi

Dengan canggihnya perkembanagn teknologi kegiatan seperti menulis, menggambar, mencat, dll dapat dirubah medianya tidak menggunakan kertas lagi. Melainkan, dapat menggunakan teknologi seperti aplikasi notes, dll. Dengan menggunakan aplikasi ini maka, limbah kertas yang ada bisa terbantu berkurang. Selain itu memanfaatkan teknologi ini dapat membantu mempercepat urusan dengan efisien serta mendukung dalam proses digitalisasi yang merata kepada masyarakat.

Menghasilkan Karya

Solusi lain dari adanya limbah kertas yaitu dengan mengubah limbah kertas menjadi suatu karya. Hal ini, selain menciptakan kreativitas, inovasi dapat juga menghasilkan uang dan menjadi ide bisnis. Limbah kertas yang sudah tidak terpakai dapat digunakan menjadi sebuah karya  berupa miniatur rumah, miniatur sepeda, bingkai foto, cermin, jam dinding, lukisan, tempat tisu, tempat menyipan barang, hingga pot bunga.

Hal terpenting dari usaha ini, yaitu kita juga ikut serta dalam menjaga bumi dan lingkungan sekitar agar tetap asri. Ketika ada limbah dan kita bisa merubah limbah itu menjadi sesuatu yang bermanfaat, maka dampak keuntungannya sangat begitu besar untuk alam ini dan dampak risiko darai limbah kertas tersebut perlahan demi perlahan dapat teratasi. (*).