by

Ulen Mamah Oray Rasa Lejat dan Nikmat

Seputar News/CIKAPUNDUNG-Pengrajin makanan Etnik Ulen Mamah Oray nama tersebut sudah menjadi panggilan sehari hari nya, kenapa disebut mamah oray, karna anaknya seorang pawang ular jadi ibunya dipanggil Mamah Oray (Mamah Ular).

Warung Tempat membuat Makanan Ulen yang berbahan Beras ketan tersebut di tumbuk pake alu kayu ,menurutnya alat Alu kayu adalah alat Warisan nenek moyangnya dari para leluhur keturunan dari orang tuanya sampai saat sekarang masih digunakan untuk menumbuk beras Ketan untuk di jadikan makanan Ulen yang itu tadi Ulen Mamah Oray. Kata mamah oray.

Makanan Ulen tersebut terbuat dari bahan beras Ketan putih idak dicampur beras yang lain, Kata Mamah Oray , makanan etnik tersebut Asli tKhas BBWS hulu sungai Cikapundung tempat wisata orang Bandung yang tempo lalu dibangun, sekarang sudah bisa dimanfaatkan rekreasi warga maupun sekolah sekolah dan para warga yang memanpaatkan olahraga Joging  di Bandung ,19/7-18

Liama tahun kebelakang, tepatnya 27 oktober 2013, hari ketika Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Mohammad Hasan, meletakkan batu pertama untuk revitalisasi Sungai Cikapundung Babakan Siliwangi.

Program revitalisasi Sungai Cikapundung itu hanya sepanjang 200 meter, yakni di Kawasan Babakan Siliwangi hingga Bendungan Ciumbuleuit.

Pembiayaan revitalisasi Sungai Cikapundung tersebut didanai oleh Kementerian Pekerjaan Umum melalui Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWS). Nilainya disebutkan Mohammad Hasan yakni sekitar 3,2 miliar.

Rencana awal, pembangunan dibuat menjadi beberapa tahap sela kurang lebih satu tahun. Dari peletakan batu pertama Oktober 2013, seharusnya sudah rampung akhir 2014. Sehingga bisa dinikmati warga awal Januari 2015. Namun hingga penghujung tahun 2014, proyek pemerintah pusat itu tak kunjung rampung. Belum lagi proses relokasi warga bantaran yang masih sulit dilobi.

Baca juga:  DPRD Jabar Menerima Kunjungan Kerja Pimpinan dan Anggota Komisi II DPRD Provinsi Sumatera Selatan

Sebagai Wali Kota, kala itu Emil merasa kecewa. Menurutnya, terlambatnya pengerjaan kemungkinan karena berbagai faktor. Namun pihaknya tidak bisa berbuat banyak karena seluruh aktivitas pembangunan dan anggaran dikendalikan oleh BBWS.

Di tahun 2015, pembangunan kembali berjalan signifikan. Meski sempat terjadi penolakan, relokasi warga bantaran juga sudah selesai dilakukan.

Sebelumnya, Sungai Cikapundung yang melintas di Jalan Siliwangi ini layaknya sungai biasa saja. Banyak sampah dan kumuh. Di bantaran, ada sekitar 108 jiwa yang menghuni bangunan permanen. Rata-rata mereka sudah menempati rumah di tanah milik negara itu selama puluhan tahun.

Kini, setelah mangkrak selama 5 tahun, akhirnya revitalisasi Sungai Cikapundung rampung. Dinamai Teras Cikapundung, warga Kota Bandung akan bisa menikmati ruang publik baru mulai Januari 2016 setelah peresmian pada 31 Desember 2015 .(Adr)*