seputarnews.com /BANDUNG, Proses pemilihan kepala daerah belakangan ini begitu miskin gagasan. Karena faktanya, warga lebih menyukai gimmick dan alogoritma kekinian, ketimbang membedah ide dan gagasan yang dimiliki para calon.
“Yang saat ini terjadi adalah defisit kontestasi gagasan, tapi surplus gimmick dan algoritma kekinian. Padahal kalau kita terjebak pada gimmick, kita tak akan pernah dapatkan kontestasi poitik yang mencerahkan,” kata kandidat Gubernur Jabar Dr. Bima Arya.
Hal itu dikemukakannya saat menjadi narasumber pada serial diskusi pilkada bertajuk “Mencari Pemimpin Pilihan Rakyat”, yang digagas Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Jabar dan PW Muhammadiyah Jabar, Minggu (7/7). Paparan Bima Arya pun dibahas oleh tiga panelis, yakni Dr. Affan Sulaeman, pengamat politik Unpad Dr. Firman Manan dan Dewan Pakar ICMI Dr. Muslim Mufty.
Bima mencoba mendobrak “politik salah kaprah” ini dengan berusaha menularkan gagasan pada setiap pertemuan yang diikutinya, termasuk ketika jadi narasumber acara JMSI. “Saya akan fokus pada tiga hal mendasar, yakni pendidikan, kesehatan, lapangan pekerjaan. Bukan ga boleh punya jalan-jalan, bangunan-bangunan dan taman-taman yang bagus. Tapi yang diinginkan warga adalah sekolah yag dekat dan murah, layanan kesehatan gratis namun mudah diakses, serta mudah dapat kerjaan,” katanya.
“Yang dibutuhkan warga sekarang adalah basic need. Gimana caranya ketika masuk rumah sakit atau UGD, langsung kebagian kamar, ga perlu lapor dulu ke anggota Dewan supaya dapat prioritas. Warga ingin sekolah favorit yang dekat dengan rumahnya. Gimana mungkin ada zonasi, tapi tak ada sekolah negeri di dekat rumahnya,” ujar Bima setengah bertanya. (ds*)