Seputarnews.com/Jakarta – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu berkomentar soal kasus kepemilikan senjata yang menjerat eks Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Soenarko dan eks Pangkostrad Mayjen (Purn) Kivlan Zen. Menurutnya, senjata yang dikuasai Soenarko dan Kivlan diduga hasil rampasan zaman mereka aktif di TNI.
“Katanya ada yang menggunakan senjata tapi itu bukan senjata dari luar negeri. Kalau saya lihat, saya yakin itu karena prajurit-prajurit ini sudah pengalaman. Soenarko itu bawah saya setahun-dua tahun. Dia tahu kalau dia punya senapan, merampas dia, hasil rampasan di Aceh, Papua, Timtim,” ujar Ryamizard di kantor Kementerian Pertahanan, Jalan Medan Merdeka Barat.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengaku sedih karena sejumlah purnawirawan TNI terjerat kasus makar. Ryamizard menyebut para purnawirawan itu telah lama mengabdi kepada bangsa dan negara.
“Terus terang saja di sana yang diperiksa banyak yang purnawirawan, itu senior saya, ada adik-adik angkatan saya. Sebagai sama-sama purnawirawan, sebetulnya saya melihat ini tidak baik, ini tidak boleh terjadi, kenapa bisa begitu. Jangan menghilangkan image. Mereka-mereka itu sudah berpuluh-puluh tahun mengabdi kepada bangsa dan negara,” kata Ryamizard di kantor Kementerian Pertahanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.
“Banyak teman kita gugur di Aceh, Papua, terutama di Timor Timur. Nah (purnawirawan) ini sisa-sisa yang belum gugur ini, kenapa jadi (terjerat makar) begitu? Kalau boleh dikatakan sedih, sedih saya. Bagi saya, tidak ada 01, 02,” sambung dia.
Ryamizard menegaskan dirinya tidak berpihak pada kubu 01 atau 02. Dia akan selalu berpikir positif demi kemajuan bangsa.
“Menyikapi situasi nasional saat ini, perlu saya tegaskan bahwa saya adalah sebagai Menteri Pertahanan, akan selalu berfikir positif dan berdiri di atas semua pihak atau anak bangsa,” tegas Ryamizard.
Mantan Kepala Staf TNI AD ini menyampaikan pesta demokrasi sudah berakhir. Jika ada pihak yang menemukan kecurangan, Ryamizard menyarankan untuk melaporkannya ke KPU dan Bawaslu.
“Kita ini kan mengadakan pesta demokrasi, pesta sudah berakhir, harusnya salam-salaman. Tapi terjadi ketidakpuasan, itu biasa. Tapi kalau kita lihat betul, kurang puas kan ada tempat mengadu. Kurang puas kenapa, ada curang, sampaikan ke KPU, Bawaslu. (KPU dan Bawaslu) itu semuanya dipilih bersama kok, kesepakatan bersama, tanda tangan bersama, setuju dengan Bawaslunya, KPU-nya, ada orang 01 dan 02-nya,” terang Ryamizard.
Ryamizard berharap pihak yang merasa tidak puas atas hasil pemilu menempuh jalur konstitusional. Dia juga meminta tudingan terkait pemilu curang disertai dengan data yang jelas.
“Ditunjukkan data yang benar,” imbuh dia.
Saat ini mantan Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Soenarko dan mantan Kepala Staf Kostrad TNI AD Mayjen (Purn) Kivlan Zen berstatus tersangka di Bareskrim Polri. Soenarko ditetapkan sebagai tersangka kepemilikan senjata api dan Kivlan ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan makar dan hoax serta kepemilikan senjata api ilegal.
Ryamizard mengaku tak berpikir senjata itu hendak digunakan untuk membunuh empat pejabat negara seperti yang disampaikan kepolisian. Menurut dia, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
“Kalau mau membunuh pejabat-pejabat, saya rasa jauhlah. Tidak begitu. Saya juga suka kalau dongkol saya bilang ‘gua gampar lu’, sampai berapa puluh tahun nggak ada yang saya gampar kok,” kata Ryamizard.
“Nggak perlu khawatirlah. Kalau perlu saya datangi (Kivlan dan Soenarko), saya yakinlah sama mereka gitu, ‘Jangan begitu, ndak boleh’,” sambung dia.
Menurut Ryamizard, pihaknya saat ini mewaspadai keterlibatan kelompok radikal dan anti-Pancasila yang menunggangi kekisruhan politik nasional.
“Kalau kita ribut, ada yang ikut dompleng. Siapa lagi? Paham-paham radikal dan anti-Pancasila. Ini yang perlu kita waspadai. Kemenhan sudah menjaga jangan sampai ada pihak luar ikut-ikutan,” tandas dia.
Soenarko dan Kivlan Zen kini menyandang status tersangka di Bareskrim Polri. Soenarko ditetapkan sebagai tersangka kepemilikan senjata api dan Kivlan ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan makar dan hoax serta kepemilikan senjata api ilegal.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan ada empat tokoh nasional mendapat ancaman pembunuhan oleh perusuh aksi 21-22 Mei 2019.
Namun Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menilai ancaman tersebut sekadar omongan.
“Saya rasa ndaklah. Masa sebagai bangsa, mungkin ngomong saja tuh,” kata Ryamizard di kompleks Istana Kepresidenan.
Ryamizard menilai ancaman tersebut sebagai hal yang biasa. Dia bahkan mengatakan ancaman itu belum tentu dilakukan.
“Ya biasalah, ‘ntar gue gebukin lo’, kan belum tentu gebukin. Begitu, kan?” katanya.
Dia menambahkan, dalam dunia politik, hal tersebut sudah lumrah. Meski demikian, Ryamizard menegaskan dirinya bukanlah orang politik.
“Ya kita tahu sendirilah yang namanya politik begitulah. Saya bukan orang politik soalnya,” katanya.
Sebelumnya, Tito membeberkan nama pejabat yang menjadi sasaran pembunuhan adalah Menko Polhukam Wiranto, Menko Kemaritiman Luhut Pandjaitan, Kepala BIN Jenderal Budi Gunawan, dan stafsus Presiden Gories Mere. Selain itu, kelompok pengancam menarget pimpinan lembaga survei.
“(Dari) pemeriksaan resmi, mereka menyampaikan nama Pak Wiranto, Pak Luhut Menko Maritim, ketiga itu Pak KaBIN, keempat Gories Mere,” kata Tito dalam jumpa pers di kantor Kemenko Polhukam, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.