Seputarnews.com/BANDUNG — Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, menyebutkan Jawa Barat memiliki potensi yang begitu tinggi dalam dunia investasi. Baik investasi di bidang padat karya, ataupun di banyak sektor lainnya.
Apalagi saat ini, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, juga tengah mengembangkan Segitiga Rebana sebagai pusat ekonomi baru. Adapun tiga titik pertumbuhan yang akan dikembangkan meliputi kawasan Cirebon- BIJB Kertajati- Pelabuhan Patimban.
Emil – panggilan akrabnya – jelaskan hal ini saat menerima audiensi Duta Besar Republik Indonesia untuk Korea Selatan, Umar Hadi, di Gedung Negara Pakuan, Jumat (25/06/2019).
Gubernur lanjut menjelaskan bahwa Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati merupakan batas paling selatan di segitiga tersebut. Sementara batas utaranya adalah Pelabuhan Patimban dan batas timurnya wilayah Cirebon.
“Kita sedang berupaya menggeser industri ke sebuah zona yang namanya Rebana,” ungkapnya.
Menurutnya, ada sejumlah keuntungan dan beragam kemudahan bagi para investor yang berminat menanamkan modalnya di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), atau juga disebut Spesial Economic Zone (SEZ) itu. Pertama yaitu, Upah Minimum Regional (UMR) yang belum tinggi.
“Isu UMR seringkali jadi ‘buah simalakama,’ jadi konsekuensi- konsekuensi ini bukan hal yang tidak kita antisipasi. Saya secara ekonomi sedang menyeimbangkan industri pariwisata sebagai alternatif industri padat karya yang punya pengaruh langsung pada ekonomi global,” katanya.
Keunggulan kedua dari Segitiga Rebana, yaitu kawasan yang ideal untuk industri otomotif. Sebab sepertiga Patimban telah didesain khusus untuk menunjang aktivitas ekspor kendaraan baik roda dua maupun empat. Keunggulan Ketiga, yaini harga tanah juga masih relatif murah.
“Keempat status sebagai sebagai KEK Zobe membuat investor hadir tidak perlu bayar pajak. Kelima perizinan tidak perlu lagi izin pemerintah, tapi bisa langsung ke pengelola kantor KEK Zone,” katanya lagi.
Tentu lanjut Emil, berbagai keuntungan ini tidak dimiliki daerah lain. Maka Ia mengajak investor Korea untuk mempertimbangkan Segitiga Rebana sebagai lokasi berinvestasi.
Tak hanya investasi untuk per perusahaan saja, tapi Emil mengaku pihaknya terbuka bila ada investor yang bersedia jadi pengembang kawasan, atau master developer.
“Segitiga Rebana, tidak ada bandara yang begitu dekat dengan pelabuhan kecuali yang kita bangun. Sehingga logistik sangat murah, kira- kira begitu masa depannya,” tambah Emil.
Sebagai tindak lanjut pertemuan hari ini, rencananya di pertengahan Juli 2019, Gubernur akan mengirimkan tim delegasi. Sekitar September 2019, Ia sendiri berencana untuk terbang ke Korea untuk bisa bertemu dengan para investor Korea secara langsung.
Selain itu, Gubernur Emil juga menyebut bahwa saat ini, dengan adanya proyek Kereta cepat Jakarta-Bandung yang melintasi Walini. Juga jadi pemicu hadirnya kota- kota baru di Jawa Barat.
“Empat jalur kereta api juga sedang dihidupkan lagi. Kemudian dua bandara baru dikembangkan di Sukabumi dan Pangandaran. Dalam lima tahun proyek infrastruktur kita maksimalkan. Sehingga akses menjadi baik,” katanya.
Selain urusan investasi, pertemuan ini juga membahas soal tenaga kerja asal Indonesia, khususnya Jawa Barat yang bekerja di Korea. Emil juga mengungkap bahwa sebagaian tenaga kerja yang habis kontrak mengeluhkan kekhawatiran ketika pulang ke tanah air. Rata-rata mereka ragu untuk bekerja, atau melanjutkan usaha di tanah air.
Namun lanjut Emil, di masa kepemimpinannya, kini ada program One Village One Company (OVOC), atau satu desa satu perusahaan. Artinya Pemdaprov Jabar telah menyiapkan peluang bisnis bagi para ‘alumni’ tenaga kerja itu.
“Mungkin mereka khawatir karena tidak apal peta,” katanya.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Korea Selatan, Umar Hadi, mengungkap maksud kedatangannya bertemu Gubernur adalah untuk mendukung kemajuan Provinsi Jawa Barat. Menurutnya, para investor Korea sangat tertarik untuk menjalin kerjasama dengan Indonesia, dan Jawa Barat sebagai kawasan yang potensial.
“Kami datang satu tim untuk melihat kedepan apa saja yang jadi prioritas bisa dikerjakan bersama,” katanya.
Salah satunya, niat Hyundai Motor Company (HMC) untuk membangun pabriknya di Indonesia. Saat ini HMC masih terus melakukan berbagai persiapan untuk memulai pembangunan pabrik. Begitu pula lanjut Umar, sekitar 30 perusahan Korea lainnya juga siap berinvestasi di Jawa Barat.
“Hyundai mnargetkan produksi sekitar 300.000 unit kendaraan roda empat per tahun, dan membutuhkan ribuan orang pegawai,” katanya.
“Mudah- mudahan bisa segera terwujud, karena kalau Hyundai masuk, diidentifikasi 30 perusahaan akan ikut,” tambahnya.
Sementara itu terkait ex tenaga kerja Indonesia di Korea. Dubes Umar menyebutkan bahwa pihaknya juga telah membuat pembekalan untuk para ex pekerja tersebut. Mereka dibekali ilmu pengetahuan tentang kewirausahaan, manajemen keuangan, menajamen SDM.
“Supaya mereka termotivasi pulang ke Kampung bikin sesuatu,” ujarnya.
Di luar itu, Umar juga sempat menyinggung soal kebutuhan buah- buahan tropis masyarakat Korea. Menurutnya Indonesia, khususnya Jawa Barat punya peluang untuk mengekspor buah- buahan ke Korea. Apalagi Jabar punya buah tropis, atau “Tropical Fruits” andalan seperti salah satunya, mangga gedong gincu.
“Sebetulnya Korea pasarnya tidak terlalu besar, tapi daya beli masyarakatnya tinggi, dan buah- buahan tropis mereka harus impor,” katanya.