by

Uu Ruzhanul: BOR 25,91 Persen, Warga Jangan Lalai

Seputarnews.com /KOTA BANDUNG – Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum melaporkan angka keterisian tempat tidur atau _Bed Occupancy Rate_ di Jabar 25,91 persen, dengan wilayah sebaran COVID-19 tertinggi di kawasan Bogor – Depok –Bekasi, dan Bandung Raya.

Pak Uu – sapaan akrab Wagub – juga mengatakan, Pemda Provinsi Jabar sudah mempersiapkan seluruh keperluan sarana prasarana jika terjadi lonjakan kasus terkonfirmasi positif COVID-19.

Hal ini karena sebanyak 17 kabupaten/ kota di Jabar kembali ke level 3 Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), dan 9 kabupaten/ kota di level 2. Kabupaten Pangandaran menjadi satu-satunya wilayah yang berada di level 1.

“_Update_ hari ini, jika mengacu pada kapasitas maksimal rumah sakit (19.695 Tempat Tidur),

BOR di Jabar 25,91 persen (persentase ini masih di bawah standar WHO 60 persen),” ujar Pak Uu usai Rapat Komite Penanganan COVID-19, di Gedung Sate Kota Bandung, Rabu (16/2/2022).

“Kami sudah mempersiapkan 23 tempat isolasi terpadu atau isoter, sehingga apabila ada kenaikan kasus tidak akan panik seperti sebelumnya,” katanya.

Pak Uu tetap mengimbau agar masyarakat tidak lalai dalam memperketat protokol kesehatan. Menurutnya, peningkatan kasus terkonfirmasi yang terjadi selama satu pekan ini salah satunya akibat kelalaian masyarakat.

Untuk itu, Pak Uu meminta Pimpinan Daerah kabupaten/kota dan Satgas COVID-19 dapat menggebyarkan kembali sosialisasi prokes dan vaksinasi, di samping memperbanyak pengetesan baik dengan antigen, maupun PCR.

“Alasan meningkatnya kembali kasus COVID-19 karena adanya kelalaian masyarakat, mungkin juga dari Satgas dan Pemerintah Daerah. Mungkin masyarakat sudah mulai bosan dengan keadaan saat ini, tetapi Pemda Prov, pemkot, pemkab, dan satgas tidak akan bosan menangani kasus COVID-19,” paparnya.

Baca juga:  Komisi IV DPRD jabar Dorong Akselerasi Pembangunan TPPAS Lulut Nambo

Terkait vaksinasi, Pak Uu menyebutkan di Jabar masih ada ketidaksesuaian data antara Pemprov dan pemda kabupaten/kota.

“Seperti Kabupaten Cianjur, data di kami baru sekitar 50 persen, ternyata sudah di atas 80 persen,” sebut Pak Uu.

“Oleh karena itu, tugas kami dari Pemda Prov, pemkot dan pemkab untuk mencocokkan data, sehingga dapat diperoleh data yang akurat,” imbuhnya.